Dari A'isyah ra katanya: "Terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah s.a.w lantas Rasulullah s.a.w mengimami solat orang ramai. Baginda berdiri dan memanjangkan berdiri, kemudian rukuk dan memanjangkan rukuk.
Kemudian baginda berdiri dan memanjangkan berdiri namun lebih pendek dari berdiri yang pertama. Kemudian baginda rukuk dan memanjangkan rukuk, namun lebih pendek dari rukuk yang pertama.
Kemudian baginda sujud dan memanjangkan sujud seterusnya melakukan pada rakaat kedua sama seperti yang dilakukan pada rakaat pertama.Kemudian baginda selesai solat dan matahari telah kelihatan sinarnya kembali." [Sahih al-Bukhari, Kitab al-Jumu’ah, hadis no: 1044]
Dari A'isyah ra katanya: "Nabi s.a.w mengeraskan bacaan pada solat Gerhana. Apabila selesai membaca baginda terus bertakbir dan rukuk. Apabila baginda selesai rukuk, baginda mengucapkan sami’allaahu liman hamidah rabbana lakal hamdu (semoga Allah mendengar orang yang memuji-Nya, wahai Tuhan kami bagi-Mu segala pujian), kemudian baginda membaca kembali. Pada solat Gerhana terdapat empat kali rukuk dalam dua rakaat dan empat kali sujud." [Sahih al-Bukhari, Kitab al-Jumu’ah, hadis no:1065.]
Ringkasanya cara Mengerjakan Solat Gerhana adalah seperti berikut:
Rakaat Pertama
1) Berniat di dalam hati untuk mengerjakan solat Gerhana (Kusuf atau Khusuf)
2) Takbiratul Ihram
3) Doa Iftitah
4) Membaca surah al-Fatihah
5) Membaca Surah al-Qur’an
6) Rukuk
7) Iktidal
8) Membaca Surah al-Fatihah
9) Membaca Surah al-Qur’an
10) Rukuk
11) Iktidal
12) Sujud
13) Duduk antara dua sujud
14) Sujud kali kedua
15) Bangun untuk rakaat kedua
Rakaat Kedua
1) Membaca surah al-Fatihah
2) Membaca Surah al-Qur’an
3) Rukuk
4) Iktidal
5) Membaca Surah al-Fatihah
6) Membaca Surah al-Qur’an
7) Rukuk
8) Iktidal
9) Sujud
10) Duduk antara dua sujud
11) Sujud kali kedua
12) Duduk untuk tahiyyat akhir
13) Memberi salam ke kanan dan ke kiri
Ruj: Kitab Tamam al-Minnah fi Ta’liq ‘Ala Fiqh al-Sunnah Jil.1 ms.33 oleh Syeikh Muhammad Nasiruddin al-Albani Rahimahullah.
Pada saat bumi berumur delapan ribu tahun, keadaannya masih kosong. Di sini sudah terdapat banyak biji sawi yang putih. Kemudian Allah SWT menciptakan seekor unggas yang bernama Tabirunnasar. Allah SWT berfirman kepada-Nya: “Hai, unggas Tabirunnasar, makanlah olehmu biji sawi itu. Apabila habis biji sawi itu, engkau akan Kumatikan.” Sang unggas pun memakan biji-bijian itu. Namun, cara memakannya diatur: Pertama, sehari satu biji yang dimakan. Setelah semakin berkurang, maka kini dimakannya hanya satu biji sebulan. Biji sawi itu semakin berkurang saja. Oleh karena begitu takutnya terhadap kematian, maka sang unggas hanya memakan satu biji dalam setahun. Namun, akhirnya, habislah biji-biji sawi itu. Tabirunnasar pun akhirnya mati. Setelah kematian tersebut, Aliah SWT menciptakan makhluk lain sebagai penghuni bumi, yaitu tujuh pulun orang lelaki. Namun tidak semuanya langsung diciptakan, melainkan satu persatu Allah SWT menciptakannya. Apabila seorang meninggal, maka langsung diciptak
Ulasan
Catat Ulasan